Mark Up atau yang juga dikenal sebagai markup pricing adalah suatu strategi penentuan harga yang umum digunakan oleh bisnis untuk menetapkan harga jual produk atau jasa dengan cara menambahkan persentase tertentu diatas biaya produksi atau akuisisi. Dalam prakteknya, harga Mark Up biasanya dihitung berdasarkan faktor-faktor seperti biaya bahan baku, tenaga kerja, biaya overhead, dan keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan.
Table Of Contents
Dalam beberapa kasus, perusahaan mungkin juga mempertimbangkan faktor-faktor seperti permintaan pasar dan persaingan untuk menetapkan harga yang optimal. Meskipun sederhana dalam prinsipnya, strategi harga Mark Up dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan dan dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas dan nilai produk atau jasa yang ditawarkan.
Oleh karena itu, penting bagi bisnis untuk mempertimbangkan dengan hati-hati faktor-faktor yang terlibat dalam menentukan harga Mark Up yang tepat untuk produk atau jasa mereka.
Pengertian Mark Up
Mark up atau markup merupakan istilah yang digunakan dalam dunia bisnis dan perdagangan untuk menggambarkan selisih antara harga jual suatu produk atau jasa dengan harga pokoknya. Secara sederhana, mark up dapat diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh oleh penjual dari setiap unit produk atau jasa yang terjual.
Contoh penggunaan mark up dapat dilihat pada bisnis retail yang menjual produk-produk seperti pakaian, makanan, dan peralatan elektronik. Seorang penjual akan membeli barang dari supplier dengan harga tertentu, lalu menambahkan mark up sebelum menjualnya kepada konsumen akhir. Mark up tersebut akan mencakup biaya-biaya tambahan seperti biaya overhead, gaji karyawan, dan keuntungan bersih yang diinginkan oleh penjual.
Mark up biasanya dihitung dalam bentuk persentase, misalnya 30% atau 50%. Persentase mark up yang ditentukan akan bergantung pada faktor-faktor seperti persaingan di pasar, biaya produksi, dan tingkat permintaan dari konsumen. Semakin tinggi biaya produksi dan semakin banyak persaingan di pasar, maka persentase mark up yang digunakan akan semakin rendah.
Baca juga : Perbedaan Chat GPT dan Google Bard yang Wajib Diketahui
Namun, penggunaan mark up yang terlalu tinggi juga dapat berdampak negatif bagi bisnis. Jika mark up yang ditetapkan terlalu tinggi, maka harga jual produk atau jasa akan menjadi terlalu mahal dan konsumen akan cenderung mencari alternatif yang lebih murah. Oleh karena itu, seorang penjual harus cermat dalam menentukan mark up yang tepat agar dapat memperoleh keuntungan yang optimal tanpa menghilangkan daya tarik produk atau jasa yang ditawarkan.
Dalam bisnis, mark up dapat dianggap sebagai salah satu indikator keuntungan bisnis. Semakin tinggi mark up yang digunakan, maka semakin besar keuntungan yang dihasilkan. Namun, perlu diingat bahwa mark up hanya merupakan salah satu faktor dalam menentukan keberhasilan sebuah bisnis. Faktor lain seperti manajemen bisnis, pemasaran, dan kualitas produk atau jasa yang ditawarkan juga memiliki peran penting dalam kesuksesan bisnis.
Metode Menetapkan Mark Up
Metode penetapan Mark Up adalah salah satu teknik yang digunakan untuk menentukan harga jual produk atau jasa. Mark Up adalah selisih antara harga pokok produksi atau biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa dengan harga jual yang ditetapkan.
Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan dalam menentukan harga jual, terutama jika perusahaan tidak menggunakan sistem persediaan FIFO (First In First Out) atau LIFO (Last In First Out) pada barang-barangnya.
1. Biaya produksi
Biaya produksi adalah salah satu faktor yang paling penting dalam menentukan besarnya Mark Up. Semakin tinggi biaya produksi, maka semakin tinggi juga besarnya Mark Up yang harus diterapkan untuk menghasilkan keuntungan yang diinginkan.
2. Tingkat persaingan
Tingkat persaingan dalam pasar juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan besarnya Mark Up. Jika persaingan dalam pasar cukup ketat, maka perusahaan tidak dapat menetapkan Mark Up terlalu tinggi karena bisa kehilangan pelanggan. Sebaliknya, jika persaingan dalam pasar rendah, maka perusahaan dapat menetapkan Mark Up yang lebih tinggi karena tidak ada pesaing yang sebanding.
3. Tingkat inflasi
Tingkat inflasi juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan besarnya Mark Up. Jika tingkat inflasi tinggi, maka perusahaan harus menetapkan Mark Up yang lebih tinggi agar tetap dapat mempertahankan keuntungannya.
4. Tingkat permintaan pasar
Tingkat permintaan pasar juga menjadi faktor penting dalam menentukan besarnya Mark Up. Jika permintaan pasar tinggi, maka perusahaan dapat menetapkan Mark Up yang lebih tinggi karena produk atau jasa yang ditawarkan memiliki nilai lebih bagi konsumen. Sebaliknya, jika permintaan pasar rendah, maka perusahaan harus menetapkan Mark Up yang lebih rendah agar produk atau jasanya tetap diminati oleh konsumen.
Dalam menentukan besarnya Mark Up, perusahaan juga perlu memperhitungkan risiko-risiko yang mungkin terjadi, seperti perubahan harga bahan baku atau fluktuasi kurs. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan Mark Up yang tepat agar dapat mempertahankan keuntungan dan bersaing di pasar.
Metode penetapan Mark Up ini sangat penting bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, karena dapat membantu perusahaan dalam menentukan harga jual yang sesuai dengan biaya produksi dan permintaan pasar.
Cara Menghitung Penetapan Mark Up
Mark Up adalah perbedaan antara harga jual dan harga pokok atau biaya produksi suatu produk atau jasa. Mark Up digunakan untuk menentukan laba yang akan didapatkan dari penjualan suatu produk atau jasa. Untuk menghitung penetapan Mark Up, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Berikut adalah cara menghitung penetapan Mark Up:
1. Tentukan harga pokok atau biaya produksi suatu produk atau jasa
Langkah pertama dalam menghitung penetapan Mark Up adalah menentukan harga pokok atau biaya produksi suatu produk atau jasa. Biaya produksi dapat mencakup biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead, dan lain sebagainya. Biaya produksi ini akan menjadi dasar untuk menentukan harga jual.
2. Tentukan persentase laba yang diinginkan
Setelah menentukan harga pokok atau biaya produksi, selanjutnya tentukan persentase laba yang diinginkan. Persentase laba ini dapat berbeda-beda tergantung dari jenis produk atau jasa yang dijual. Sebagai contoh, persentase laba yang diinginkan untuk produk elektronik mungkin berbeda dengan persentase laba yang diinginkan untuk produk makanan.
Baca juga : 10 Daftar Aplikasi Kasir Indonesia Terpopuler Untuk UMKM 2023
3. Hitung Mark Up
Setelah menentukan harga pokok dan persentase laba, selanjutnya hitung Mark Up. Mark Up dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Mark Up = (Harga Jual - Harga Pokok) / Harga Pokok x 100%
Contoh: Jika harga pokok suatu produk adalah Rp. 10.000 dan persentase laba yang diinginkan adalah 50%, maka harga jualnya adalah:
Harga Jual = Harga Pokok + (Persentase Laba x Harga Pokok)
Harga Jual = Rp. 10.000 + (50% x Rp. 10.000)
Harga Jual = Rp. 10.000 + Rp. 5.000
Harga Jual = Rp. 15.000
Selanjutnya, Mark Up dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Mark Up = (Harga Jual - Harga Pokok) / Harga Pokok x 100%
Mark Up = (Rp. 15.000 - Rp. 10.000) / Rp. 10.000 x 100%
Mark Up = 50%
Dalam contoh di atas, Mark Up yang diterapkan adalah sebesar 50%. Artinya, harga jual suatu produk tersebut memiliki perbedaan sebesar 50% dengan harga pokok atau biaya produksinya.
4. Periksa kembali hasil perhitungan
Setelah menghitung Mark Up, periksa kembali hasil perhitungan untuk memastikan bahwa tidak terdapat kesalahan perhitungan. Hal ini penting dilakukan agar penetapan harga jual yang dihasilkan tepat dan sesuai dengan tujuan laba yang diinginkan.
Demikianlah cara menghitung penetapan Mark Up. Dengan menentukan harga pokok atau biaya produksi suatu produk atau jasa dan persentase laba yang diinginkan, kemudian menghitung Mark Up, maka harga jual suatu produk atau jasa dapat ditentukan dengan tepat dan sesuai dengan tujuan laba yang diinginkan.
Kesimpulan
Dalam dunia bisnis dan perdagangan, markup adalah strategi yang umum digunakan untuk menentukan harga jual dari produk atau jasa. Markup merupakan perbedaan antara harga jual dan biaya produksi atau pembelian, yang kemudian dihitung sebagai persentase dari biaya tersebut.
Dengan menggunakan markup yang tepat, perusahaan dapat menghasilkan keuntungan yang cukup untuk menjaga bisnis tetap berjalan dan berkembang. Namun, harus diingat bahwa markup yang terlalu tinggi dapat membuat harga jual menjadi tidak bersaing dan mempengaruhi daya tarik produk atau jasa tersebut di pasaran.